Ini soal Kamga, entah sebagai vokalis, penyanyi latar, ataupun manusia ajaib di balik layar para musisi masa kini.
Mungkin orang jarang mengenal Kamga sebagai entitas individu. Tapi saya yakin orang kelahiran 90an atau bahkan 2000an pasti setidaknya mengenal Tangga, grup vokal aliran pop/rnb yang besar dengan hits “Kesempatan Kedua”, “Cinta Begini”, dan “Utuh”. Ya, Kamga adalah satu dari empat vokalis Tangga. Setelah bubar di tahun 2014, seolah nama Kamga ikut hilang sebagaimana Tangga. Padahal dirinya bersama Tata dan Chev, yang adalah juga rekannya di grup Tangga, membentuk grup musik baru bernama Dekat.
Sebagai orang awam yang kebetulan menyukai grup Tangga, saya cukup kaget dengan Dekat dan pilihan musiknya yang cukup berbeda, padahal diisi oleh 3 dari 4 personil grup Tangga. Meski begitu, bukan berarti saya lantas memaki atau berkeinginan untuk menuntut Dekat membuat musik yang mirip dengan grup mereka sebelumnya. Saya meyakini bahwa musisi adalah selayaknya manusia, mereka dapat menampilkan wajah berbeda untuk setiap ruang yang ditempatinya. Sebut saja Baskara dengan wajah Feast, Hindia, bahkan Lomba Sihir, ketiganya memiliki warna yang berbeda. Saleh Husein dengan The Adams dan White Shoes And The Couple Company, dan masih banyak contoh lainnya.
Wajah berbeda, satu hal yang tetap sama. Kecintaan saya terhadap suara Kamga.
Ada perasaan yang sama setiap kali saya mendengar suara Kamga. Mendengarkan “Comedy" meski dengan warna musik yang tidak saya gemari, tetap rasanya familiar. Karena ada Kamga-nya.
Suara khas Kamga membawa kembali ingatan masa kecil saya pada rumah sempit di kawasan Pasar Gembrong, Jatinegara. Rumah ayah, sekitar bulan Juni saat libur sekolah dua belas tahun lalu (saya masih berusia 10 tahun saat itu). Untuk pertama kalinya saya mengenal suara Kamga melalui program TV nasional yang menyiarkan video musik “Kesempatan Kedua” milik Tangga.
Sudah lewat satu dekade, ibarat pepatah gugur satu tumbuh seribu, Kamga kini eksis dalam industri musik tanah air dengan berbagai wajahnya. Selain grup Dekat, dirinya juga melahirkan duo bersama Chev, bernamakan Hondo yang awalnya dibentuk sebagai wadah materi-materi lagu yang dirasa kurang tepat jika dieksekusi oleh Dekat. Sejauh ini Hondo telah merilis debut Album pada 2020 berjudul The Hike to Kamadela. Berisi 8 lagu dengan nuansa sendu dan sarat akan kontemplasi diri. Salah satu jagoan saya pribadi adalah track “Thirty”. Lagu ini pernah dibawakan secara live dengan apik pada program Goodlive Session Pop Hari Ini.
Bukan hanya sebagai penampil, kini Kamga juga merambah dunia dibalik layar. Mengarahkan bagaimana vokal diolah dan dibangun sesuai dengan kebutuhan karya, bahasa musiknya adalah pengarah vokal (vocal director), merupakan bidang yang ia tekuni kurang lebih sejak 2020 lalu. Ia telah banyak terlibat dalam hasil karya para musisi tanah air, dari mulai single atau bahkan album.
Sebut saja Coldiac, dengan EP “No Make Up” pada 2020, mereka melibatkan Kamga sebagai pengarah vokal pada pembuatannya. Memang keterlibatan seorang pengarah vokal tidak terlihat langsung pada lagu yang kita dengarkan, tapi pada kasus Kamga ini sedikit berbeda. Kita dapat merasakan eksistensi Kamga melalui suaranya yang dihadirkan sebagai suara latar (backing vocal). Dalam EP ini suara Kamga dapat kita dengar dalam track “Heart Desire” dan “Together” yang membersamai sang vokalis utama Coldiac, Mahatamtama.
Pola yang sama dapat kita lihat pada lagu “Tak Ada Salju Disini Pt.7” milik Hindia. Lagu yang dirilis awal 2021 bersama DJ ternama Dipha Barus, Baskara menggandeng Kamga sebagai pengarah vokal pada proyek ini. Mengusung tema worship dan dirilis sebagai penanda perayaan natal, kehadiran Kamga menjadi penyempurna lagu ini sendiri. Bagaimana tidak, ia menyajikan suara khas angelic-nya sebagai suara latar mengiringi Baskara dengan suara “marah-marahnya” pada bagian menuju akhir lagu. Terasa sangat gereja, hehe. Saya tersadarkan bahwa Kamga memang cocok dengan tipe lagu seperti ini.
Nama Kamga semakin menarik perhatian saya pada 2021 karena keterlibatannya pada proyek 2 rapper tanah air, Basboi dan Matter Mos. Menariknya adalah secara kebetulan dua proyek single dari musisi yang berbeda tersebut memiliki judul lagu yang sama yaitu “Bismillah”. Jika sebelumnya dengan Hindia membawakan lagu rohani kristen, kali ini Kamga membawakan nafas islami. Menjadi hiburan publik untuk sekedar mendengar dan melihat perspektif spiritual yang berbeda antara Bismillah-nya Basboi dan Bismillah-nya Matter Mos.
Jika kita mengulik lebih dalam, ada beberapa karya lainnya yang dilahirkan atas kolaborasi dengan suara Kamga, misalnya pada lagu “Affirmation" milik Batavia Collective, “Cintai" pada single Aaliyah Massaid, single “Stacks" milik Qory Gore, “I Know Wachu Like" kepunyaan CVX, dan mungkin masih banyak lagi yang belum saya ketahui.
Dengan semua itu saya semakin tertarik dengan Kamga.
Satu hal lagi yang membuat saya cukup takjub adalah keikutsertaan Kamga dalam band legendaris Maliq n D’essentials sebagai backing vocal. Siapa yang tidak kenal grup Maliq? lagu-lagu yang groovy dengan ciri khas iringan penyanyi latarnya setidaknya menjadi nyawa Maliq n D’essentials itu sendiri bagi saya. Terlebih dengan bergabungnya Kamga dalam grup ini sejak 2019 lalu membuat saya semakin menyukai pertunjukan mereka secara live.
Di tahun 2023 ini saya antusias menantikan wujud-wujud lainnya dari seorang Kamga.